Anny Djati W

Jumat, 02 November 2012

SEDIKIT CERITA BIAR TUA TAPI BAHAGIA





Ini dia buku BIAR TUA DAN BAHAGIA komplit sama penulisnya. Buku motivasiku ini udah tersedia di toko buku sejak tgl 28 September 2012. Pengennya sih terbit tgl 25 September 2012, pas hari ulang tahunku. Ga apa2 deh mundur 3 hari, kan belum kadaluarsa ultahku.

Buku ini aku tulis sebenarnya ada 1 pemicu yang membuat aku 'napsu' banget nulis buku ini. Ceritanya, aku udah lupa kapan persisnya. Aku nulis di status Fb-ku (anny djati w) yang isinya,'kebahagiaan untuk diri sendiri hanya kita yang bisa menciptakan. Bukan orang lain'. Eeehhhh..., ada yang kasih comment,katanya,'waduh, kalo udah tua ga usah mencari lagi kebahagiaan buat diri sendiri. Yang penting kita mampu membahagiakan anak-anak, cucu-cucu, Untuk kita sendiri yang udah bau tanah ini tugasnya bukan lagi mencari kebahagiaan untuk diri sendiri, tapi mendekatkan diri ke Tuhan, bertobatlah'.

Aku duduk manyun baca comment teman yang sebenarnya enggak aku kenal itu tapi commentnya membuat aku berpikir..., berpikir dan berpikir. Benarkah untuk kita yang sudah tua baik laki-laki atau perempuan tidak lagi punya hak untuk menikmati kebahagiaan untuk diri sendiri? Mendekatkan diri ke Tuhan dan bertobat itu #harus dan ga bisa ditawar lagi bukan cuma buat yang tua tapi juga buat yang muda. Tetapi membahagiakan diri sendiri, menurutku, tidak boleh dilupakan. Bukankah kebahagiaan itu juga anugerah Tuhan yang harus kita nikmati.

Terima kasih ya atas commentnya yang membangkitkan semangatku untuk mengupas kebahagiaan di hari tua




Berangkat dari comment teman di Fb inilah aku bertekad untuk menulis dan menjadikannya sebuah buku yang mengupas tentang apa sebenarnya kebahagiaan itu dan mengapa di hari tua. Bukankah kebahagiaan itu dapat dimiliki juga oleh mereka yang muda.

Mengapa kebahagiaan di hari tua?

Baik laki-laki maupun perempuan, kita baru merasakan 'kesepian' di antara keramaian sesudah anak-anak kita menikah dan tidak tinggal lagi satu rumah bersama kita. Bertemu dengan cucu-cucupun tidak bisa setiap hari, apalagi kalau mereka udah pada sekolah. Kita bisa aja berkunjung ke rumah anak-anak kita, tapi tentunya enggak bisa setiap setiap hari atau kapan aja kita mau. Kecuali mereka yang tetap tinggal bersama anak-anak dan cucu-cucunya dalam satu rumah, tentunya mereka tidak mengelamai 'kesepian di antara keramaian' ini.
Di antara rasa sepi kemudian berkembang menjadi rasa tidak dibutuhkan dan akhirnya lenyaplah kebahagiaan kita. Perasaan kesepian dan tidak dibutuhkan ini lebih sering dialami oleh kaum perempuan. Mengapa begitu? Perempuan lebih berpikir dengan emosi daripada logika. Mungkin disinilah kelemahan perempuan. Sementara, laki-laki lebih mengedepankan logika. Nah.... perkembangan dari rasa sepi menuju ketidakbahagiaan ini sering dialami oleh mereka di usia menuju tua yaitu sekitar usia 50 tahunan. Itu sebabnya mengapa tulisan saya ini berjudul Biar Tua Tapi Bahagia

Kebahagiaan di hari tua itu bukannya tanpa persiapan. Harus disiapkan sejak usia kita muda. Penataan diri, mempersiapkan diri menyongsong hari tua itu tidak mudah. Makanya sejak usia muda kita harus mempersiapkan mental kita untuk kembali menjadi sendiri dan tetap bahagia.


Banyak dari kita yang lupa bahwa kita ini punya hak untuk menikmati kebahagiaan, contohnya sharing dari temanku Erie... Dia begitu sibuk merawat suaminya yang bertahun-tahun sakit. Dalam kehidupannya hanya ada suaminya yang sakit. Bertahun-tahun dia menenggelamkan dirinya ke dalam urusan rumah sakit dan rumah. Dia hampir saja lupa bahwa ada kehidupan lain di luar rumah sakit dan rumah. Pada suatu hari dia berdiri di depan cermin. Erie kaget sekali melihat bayangan yang terpantul dari cerimin yang ada di hadapannya, katanya,'ya ampun! Inikah aku? Atau nenek sihir'. Erie mulai menyadari dia harus bangkit, dia harus mencari dimana kebahagiaan yang pernah dia miliki dan sekarang hilang dan menjadikan wajahnya seperti nenek sihir.
Beruntung Erie segera menemukan kebahagiaannya yang hampir hilang itu ternyata ada di dalam dirinya sendiri. Kata Erie,'Gue enggak mau tua gue ga bahagia. Gue pengen mati dalam bahagia. Gue bahagia berarti gue sehat. kalau gue sehat berarti gue bisa merawat suami gue'.

Inilah secuil contoh mengapa di hari tuapun kita harus membahagiakan diri kita sendiri. Membahagiakan diri sendiri bukan berarti kita meninggalkan Tuhan. Karena kebahagiaan yang menjadi milik kita ini adalah anugerah Tuhan.

Kebahagiaan itu bukan barang jadi atau siap saji. Tetapi harus dipersiapkan sejak usia muda.

Selamat membaca kelanjutannya di buku BIAR TUA TAPI BAHAGIA yang sarat dengan sharing para narasumber gimana cara mereka mencari, menemukan kebahagiaan untuk diri mereka sendiri.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar