Jangan hakimi aku, ketika aku bertanya,'sudah benarkah orang tua yang meminta anak anaknya untuk menikah dengan pasangan yang seagama (mutlak) dan sesuku (kalau bisa)? Sering permintaan para orang tua ini melupakan masa depan anak anaknya dan melupakan perasaan juga terluka atau tidak hati Sang anak. Tidak jarang anak menuruti kehendak orang tua hanya karena takut jadi anak durhaka seperti Malin Kundang.
Bukankah orang tua tidak selalu benar, tidak selalu lebih pandai dari yang muda. Dan yang terpenting dalam pertanyaanku ini,'bukankah para orang tua bukan Tuhan dan bukankah hanya Tuhan yang tahu tentang jodoh dan kematian?'
Adakah jaminan dalam sebuah perkawinan, bila seagama dan sesuku atau tidak seagama dan tidak sesuku, 'pasti!' akan berbahagia dan perkawinan itu akan langgeng sampai maut memisahkan?
Jangan hakimi aku, ketika aku bertanya,'siapa yang sebenarnya punya hak terhadap jodoh anak anak kita? Orang tuanya kah atau Tuhan?
Benarkah orang tua hanya bisa berharap dan mendoakan anak anaknya mendapatkan kebahagiaan dalam kehidupan mereka tanpa harus turut serta menentukan kehidupan anak anaknya?
Hidup itu pilihan. Kita lah yang memilih dan bukan pilihan orang lain termasuk pilihan orang tua. Tuhan memberikan kebebasan kepada semua umatnya mengapa manusia tidak dapat memberikan kebebasan memilih kepada sesama manusia.
Jangan hakimi aku, ketika aku bertanya............
waw luar biasa tan... moga-moga ini dibaca dan jadi refleksi para orang tua ya. :)
BalasHapus