Mitos Dalam Canda
Tiga minggu yang lalu ada hal yang membuatku tertawa tapi juga bingung. Gini ceritanya ;
Malam sebelum keesokan harinya aku harus terbang ke Seoul. Tiba2 pada pukul 22 aku kebingungan mencari kunci lemari pakaianku. aku benar-benar lupa dimana aku menyimpan kunci lemariku, biasanya aku punya tempat khusus untuk menyimpan kunci lemari. Tapi kali ini, sang kunci tidak bertengger disana.
Panik pastinya karena pasport dan tas tanganku ada di dalam lemari. Pembantu, anak dan suamiku aku kerahkan untuk membantuku mencari dimana kunci lemariku berada.
Anny Djati W
Rabu, 12 September 2012
Selasa, 11 September 2012
Politik Oh...Politik
Udin : Sudahlah kita tak usah mengurusi politik di negara Indonesia ini
Politik di negara ini sama kotor dan baunya dengan Kali Angke
Surti : Bang, kamu ini gimana sih. Politik kok kamu sama kan sama Kali Angke
yang kotor dan bau itu.
Udin: Nah iya. Coba kamu pikir,Ti. Kalo enggak kotor dan bau. Mana bisa membuat
semua orang memikirkannya jadi pengen muntah
Surti: Waahhh...., kamu salah Bang. Politik di negara ini kan sedang dalam taraf belajar
menuju politik yang lebih terbuka dan demokrasi
Udin: Hah? Belajar? Belajar saja kok lama betul. Bayangkan saja politik kita sudah belaja
sejak tahun 1998. Itu artinya sudah 14 tahun. Kalau sudah 14 tahun belajar tidak pintar-pintar
itu namanya oon, Ti.
Surti: Kamu salah lagi, Bang. Belajar itu tidak pernah ada berhentinya. Coba kamu pikir, Bang.
anak umur 14 tahun itu baru bisa apa sih? Masih pakai celana pendek, belum pakai celana
panjang di sekolahnya. Katanya, malah masih bau kencur.
Udin: Ti, anak sama politik itu beda. Anak, belajar makin lama makin pintar. Dari SD, naik ke SMP, naik
lagi ke SMA, terus universitas. Tamat dari Univeristas dia kerja di kantoran atau jadi pengusaha
Nah politik, Ti. Mana...mana..., makin oon iya, Ti.
Surti: Weitzz... jangan salah, Bang. Politik juga makin pintar, loh.... Makin pintar membodohi rakyat,
Makin pintar menghancurkan negara dan bangsanya.Yang terakhir nih, Bang. Pintar bikin teror
bom
Udin: ?
Udin : Sudahlah kita tak usah mengurusi politik di negara Indonesia ini
Politik di negara ini sama kotor dan baunya dengan Kali Angke
Surti : Bang, kamu ini gimana sih. Politik kok kamu sama kan sama Kali Angke
yang kotor dan bau itu.
Udin: Nah iya. Coba kamu pikir,Ti. Kalo enggak kotor dan bau. Mana bisa membuat
semua orang memikirkannya jadi pengen muntah
Surti: Waahhh...., kamu salah Bang. Politik di negara ini kan sedang dalam taraf belajar
menuju politik yang lebih terbuka dan demokrasi
Udin: Hah? Belajar? Belajar saja kok lama betul. Bayangkan saja politik kita sudah belaja
sejak tahun 1998. Itu artinya sudah 14 tahun. Kalau sudah 14 tahun belajar tidak pintar-pintar
itu namanya oon, Ti.
Surti: Kamu salah lagi, Bang. Belajar itu tidak pernah ada berhentinya. Coba kamu pikir, Bang.
anak umur 14 tahun itu baru bisa apa sih? Masih pakai celana pendek, belum pakai celana
panjang di sekolahnya. Katanya, malah masih bau kencur.
Udin: Ti, anak sama politik itu beda. Anak, belajar makin lama makin pintar. Dari SD, naik ke SMP, naik
lagi ke SMA, terus universitas. Tamat dari Univeristas dia kerja di kantoran atau jadi pengusaha
Nah politik, Ti. Mana...mana..., makin oon iya, Ti.
Surti: Weitzz... jangan salah, Bang. Politik juga makin pintar, loh.... Makin pintar membodohi rakyat,
Makin pintar menghancurkan negara dan bangsanya.Yang terakhir nih, Bang. Pintar bikin teror
bom
Udin: ?
AKU MERINDUKANMU
Lama aku tak menyentuhmu
Bukan karena aku melupakanmu
Tak sanggup aku melupakanmu
Rinduku yang menggelitik bulu bulu
halus tubuhku tak sanggup membiarkanmu
dingin membeku
Aku hanya tidak tahu mengapa aku enggan
menyentuhmu
Padahal aku tahu kau selalu menantiku dengan
pasrah
Aku tahu kau tak pernah meminta tak pernah
menuntut untuk kusentuh
Maafkan aku.
Aku terlalu sibuk dengan birahiku yang lain
Oh...., maafkan aku halaman blogku
Biarkan aku menyentuhmu malam ini
Lama aku tak menyentuhmu
Bukan karena aku melupakanmu
Tak sanggup aku melupakanmu
Rinduku yang menggelitik bulu bulu
halus tubuhku tak sanggup membiarkanmu
dingin membeku
Aku hanya tidak tahu mengapa aku enggan
menyentuhmu
Padahal aku tahu kau selalu menantiku dengan
pasrah
Aku tahu kau tak pernah meminta tak pernah
menuntut untuk kusentuh
Maafkan aku.
Aku terlalu sibuk dengan birahiku yang lain
Oh...., maafkan aku halaman blogku
Biarkan aku menyentuhmu malam ini
Langganan:
Postingan (Atom)