Anny Djati W
Sabtu, 14 Juli 2012
Puisi Salah
Ahahh...
Laki-laki itu tidak mencari istri
lalu?
Dia hanya mencari perempuan
Perempuan?
Ya....
Hanya mencari perempuan?
Hhmmm...
Ya..laki-laki itu hanya mencari perempuan
Perempuan kaya
Perempuan yang bisa dia tiduri
Perempuan yang bisa dia kuras uangnya.
Sambil membual cinta..
Jadi... siapa yang salah?
Laki-laki itu yang salah
Ah.. bukan...
Perempuan yang salah
Hhmm...
Bukan.. bukan perempuan yang salah
Bukan.. bukan laki-laki yang salah
Cinta.. cinta yang salah mengapa mau membual
Cinta... cinta... cinta tidak pernah salah
Jumat, 13 Juli 2012
Ngintip halaman NAMAKU ROSITA
Aku jatuh terduduk di lantai dengan keringat mengucur, di depan pintu kamar tidurku.
“Ada apa, Bu? Saya mendengar Ibu berteriak-teriak. Teman teman di belakang semuanya ketakutan.” Aku terbelalak mendengar ucapan Marni.
“Ibu teriak-teriak, Mar?”
Marni mengangguk dengan mantap dan membantuku berdiri, kemudian menuntunku duduk di sofa.
“Tapi…, tapi Ibu enggak berteriak. Ibu berusaha membuka pinta kamar tidur karena tidak bisa dibuka, pintunya terkunci. Ibu mendobrak pintunya.” Suaraku tersengal-sengal, belum hilang rasa terkejutku karena sapaan Marni.
“Pintu kamar tidur Ibu terkunci,” Marni terbelalak dan jari telunjuknya menunjuk ke arah pintu kamar tidurku.
“Pintunya terbuka!” Pekikku terkejut. “Tapi tadi tertutup dan enggak bisa dibuka, Mar. Ini lengan Ibu masih terasa sakit, tadi Ibu pakai mendobrak pintu.” Kuraba lengan kiriku. Aku tersentak ketika lengan kiriku masih terasa sakit saat kuraba.
“Aku tidak berhalusinasi,” bisiku dalam hati sambil meraba raba lenganku yang sakit.
Kelanjutannya tunggu Novel NAMAKU ROSITA terbit
“Ada apa, Bu? Saya mendengar Ibu berteriak-teriak. Teman teman di belakang semuanya ketakutan.” Aku terbelalak mendengar ucapan Marni.
“Ibu teriak-teriak, Mar?”
Marni mengangguk dengan mantap dan membantuku berdiri, kemudian menuntunku duduk di sofa.
“Tapi…, tapi Ibu enggak berteriak. Ibu berusaha membuka pinta kamar tidur karena tidak bisa dibuka, pintunya terkunci. Ibu mendobrak pintunya.” Suaraku tersengal-sengal, belum hilang rasa terkejutku karena sapaan Marni.
“Pintu kamar tidur Ibu terkunci,” Marni terbelalak dan jari telunjuknya menunjuk ke arah pintu kamar tidurku.
“Pintunya terbuka!” Pekikku terkejut. “Tapi tadi tertutup dan enggak bisa dibuka, Mar. Ini lengan Ibu masih terasa sakit, tadi Ibu pakai mendobrak pintu.” Kuraba lengan kiriku. Aku tersentak ketika lengan kiriku masih terasa sakit saat kuraba.
“Aku tidak berhalusinasi,” bisiku dalam hati sambil meraba raba lenganku yang sakit.
Kelanjutannya tunggu Novel NAMAKU ROSITA terbit
Langganan:
Postingan (Atom)